Jumat, 09 November 2012

Apa Kata Imam Sayafi’i Tentang Meluruskan & Merapatkan Shaf Shalat Berjama’ah?


Apa Kata Imam Sayafi’i Tentang Meluruskan & Merapatkan Shaf Shalat Berjama’ah?

Sayyid al-Bakri, pengarang kitab Hasyiyah I’anatuth Thalibin (II:22-13) menyatakan:
وَمِنَ السُّنَنِ المُهۡمَلَةِ المَغۡفُولِ عَنۡهَا: تَسۡوِيَةُ الصُّفُوفِ وَالتَّرَاصُ فِيهَا، وَقَدۡ كَانَ عَلَيۡهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ يَتَوَلَّى فِعۡلَ ذَلِكَ بِنَفۡسِهِ، وَيَكۡثُرُ التَّحۡرِيضُ عَلَيۡهِ وَالۡأَمۡرُبِهِ، وَيَقُولُ: ((لَتُسَوُنَّ صُفُوفَكُمۡ! أَوۡ لَيُخَالِفَنَّ اللهُ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ)). وَيَقُولُ: ((إِنِّي لأَرَاى الشَّيَاطِينَ، تَدۡ خُلُ فِي خَلَلِ الصُّفُوفَ))؛ يَعۡنِي بِهَا: الفُرَجُ الَّتِي تَكُونُ فِيهَا. فَيُسۡتَحَبُّ إِلصَاقُ المَنَا كِبِ مَعَ التَّسۡوِيَةِ، بِحَيۡثُ لاَ يَكُونُ أَحَدٌ مُتَقَدِّمًا عَلَى أَحَدٍ، وَلاَ مُتَأَخِّرًا عَنۡهُ، فَذَلِكَ هُوَ السَّنَّةُ ..
فَعَلَيۡكَ- رَحِمَكَ اللهُ تَعَالَى- بِالۡمُبَادَرَةِ إِلَى الصَّفِّ الۡأَوَّلِ، وَعَلَيۡكَ بِرَصِّ الصُّفُوفِ، وَتَسۡوِيَتِهَا مَا اسۡتَطَعۡتَ، فَإِنَّ هَذِهِ سُنَّةٌّ مُثۡبَتَةٌ مِنۡ سُنَنِ رَسُولِ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم، مَنۡ أَحۡيَاهَا كَانَ مَعَهُ فِي الجَنَّةِ، كَمَا وَرَدُ.
Artinya:
Dan diantara Sunnah yang diremehkan dan ditinggalkan adalah: Meluruskan dan merapatkan shaf. Padahal beliaulah صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم yang langsung memerintahkan kepada hal itu, dan beliau langsung mengerjakannya sendiri, seringkali beliau صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم mengulang-ngulang memerintahkan hal itu, dimana beliau صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم bersabda: Hendaklah kamu benar-benar meluruskan barisan (shaf shalat)mu, atau (kalau tidak: maka) nanti Allah akan jadikan perselisihan di antara hati-hati kamu. Dan beliau صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم juga telah bersabda: “Sesungguhnya aku melihat setan telah masuk melalui sela-sela shaf (yang kosong).”; maksudnya adalah mengisi kekosongan yang terdapat di shaf. Maka disukai untuk merapatkan bahu-bahu kita dengan bahu yang ada di sebelah kita, sekaligus dengan meluruskannya, sehingga tidak lagi terlihat ada seorangpun yang bediri tidak sejajar dengan yang ada di sebelahnya, dan itulah yang sesuai dengan Sunnah Nabi صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم.
Maka hendaklah kamu-semoga Allah Merahmatimu- bergegas untuk menempati shaf pertama, dan hendaklah engkau juga merapatkan shaf serta meluruskannya semampu mungkin, karena sesungguhnya semua hal itu termasuk Sunnah yang telah ditetapkan dari Sunnah-sunnah Rasulullah صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم (yang telah mati); maka barangsiapa yang menghidupkan kembali Sunnah ini, ganjarannya dia akan berdampingan bersama beliau صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم di surga.[1]
Kenyataan pahit yang terjadi di tengah-tengah kaum muslimin adalah bila ada seorang muslim yang hendak mengamalkan Sunnah Nabi صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم dalam hal meluruskan, merapihkan dan merapatkan shaf, maka seringkali hal itu diingkari oleh sebagian yang lain. Hal ini persis seperti yang disebutkan oleh Anas bin Malik رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ , dimana ia pernah ditanya oleh seorang Tabi’in tentang hal apa yang diingkari olehnya pada zaman itu, maka ia menjawab:
((مَا أَنۡكَرۡتُ شَيۡىًٔا إِلاَّ أَنَّكُمۡ لاَتُقِيمُونَ الصُّفُوفَ)).
Artinya: Aku tidak mengingkari sesuatu dari kamu, melainkan bahwa kamu tidak meluruskan shaf.[2]
Anas bin Malik صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم juga menyatakan:
((وَلَوۡ ذَهَبۡتَ تَفۡعَلُ ذَلِكَ بِأَحَدِهِمُ اليَوۡمَ؛ لَنَفَرَ كَأَنَّهُ بَغۡلٌ شُمُوسُ)).
Artinya: Seandainya saja saat ini kamu mengamalkan (Sunnah merapatkan shaf dengan merapatkan bahu dan kaki) kepada salah seorang dari mereka; pastilah kita akan dapati orang itu lari darimu, seperti halnya seekor baghal[3] liar.[4]

Imam Ghazali telah menyatakan di dalam kitabnya Ihya ‘Ulumuddin (I:227):
مَسۡأَلَةٌ: حَقَّ عَلَى مَنۡ حَضَرَ الصَّلاَةَ إِذَ رَأَى مَنۡ غَيۡرِهِ إِسَاءَةً فِي صَلاَتِهِ؛ أَنۡ يُغَيِّرَهُ وَيُنۡكِرَ عَلَيۡهِ، وَإِنۡ صَدَرَا مِنۡ جَا هِلٍ؛ رَفَقَ بِالۡجَاهِلِ وَ عَلَّمَهُ. فَمِنۡ ذَلِكَ: الأَمۡرُ بِتَسۡوِيَةِ الصُّفُوفِ وَمَنۡعُ المُنۡفَرِدِ بِالۡوُقُوفِ خَارِجَ الصَّفِّ.
Masalah: Wajib hukumnya bagi siapa saja yang menghadiri shalat berjama’ah, bila dia melihat kesalahan dari yang lain untuk merubah dan mengingkarinya. Bila hal itu dilakukan oleh seorang yang jahil, maka harus dengan sikap lemah lembut, kemudian dia mengajarinya. Dan diantaranya adalah: Memerintahkan jama’ah untuk meluruskan dan merapihkan shaf dan melarang bila ada seorang yang berdiri sendirian di belakang shaf.
Sayangnya, seringkali orang-orang yang hendak menegakkan Sunnah Nabi Shalallahu ‘alaihi wasalam berdasarkan apa yang telah difatwakan oleh para ulama dituduh dengan berbagai macam tuduhan, dari tuduhan “membuat ajaran baru” dan tuduhan-tuduhan yang lainnya. Padahal orang-orang yang menuduh itulah yang sebenarnya jauh dari petunjuk kebenaran. Tetapi karena kebodohan yang begitu merasuk di dalam diri mereka, sehingga hal itu membuat mereka harus menentang kebenaran yang sangat jelas dan gamblang, ditambah lagi sifat sombong yang ada pada mereka, Allahul Musta’an.


Hadist-Hadist Seputar Masalah Shaf
Di bawah ini akan saya bawakan beberapa hadist yang telah dibawakan oleh dua orang pembesar ulama syafi’iyyah, yaitu Imam asy-Syirazi dan Imam an-Nawawi, sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Majmu’ Syarah al-Muhadzdzab(IV:109-110):

Hadist ke-1:
عَنْ أَنَسِ قَالَ؛قَالَ رَسُلُوْ لُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم:
((إِعْتَدِلُوْا فِى صُفُو فِكُمْ ٬ وَتَرَا صُوْا ٬ فَإِنَّي أَرَا كُمۡ مِنۡ وَرَاءِ ظَهۡرِي)) ٬ قَالَ أَنَسٌ: ((فَلَقَدۡ رَأَيۡتُ أَحَدَنَا يُلۡزِقُ مَنۡكِبَهُ بِمَنۡكِبِ صَاحِبِهِ وَقَدَمَهُ بِقَدَمِهِ)).
Artinya:
Dari Anas, ia berkata:
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda:
“Luruskanlah shafmu, dan hendaknlah kamu merapatkannya, karena sesungguhnya aku dapat melihatmu dari belakang punggungku”
Anas berkata:
Dan saya melihat bahwa para Shahabat saling merapatkan bahu-bahu mereka dengan bahu yang ada di sebelahnya, dan mereka juga merapatkan kaki-kaki mereka dengan kaki yang ada di sebelahnya.[5]
Setelah Imam Nawawi mensyarah hadist yang dibawakan oleh Imam Syirazi diatas, maka beliau menyatakan:
فَرعٌ: فيِ جُمۡلَةٍ مِنَ الۡأَ حَادَيثِ الصَّحِيحَةِ فِي الصُّفُوف:
Sub pembahasan:
(Yang berisi keterangan tentang) sejumlah hadist shahih yang terkait dengan (merapikan dan meluruskan) shaf:

Hadist ke-2:
عَنۡ أَنَسِ قَالَ٬ قَالَ رَسُلُوْ لُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم:
((سَوُّواصُفُوفَكُمۡ! فَإِنَّ تَسۡوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنۡ تَمَامِ الصَّلاَةِ)).
رواه البخاري ومسلم.
وَفِيرِوَايَةٍ لِلۡبُخَارِيِّ: ((فَإِنَّ تَسۡوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنۡ إِقَامَةِ الصَّلاَةِ)).
Artinya:
Dari Anas, ia berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam telah bersabda:
“Luruskan shafmu! Karena sesungguhnya meluruskan shaf itu termasuk dari hal yang dapat menyempurnakan shalat.”
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.[6]
Dalam riwayat Imam Bukhari disebutkan (sebagai berikut): “…karena sesungguhnya meluruskan shaf itu termasuk dari mendirikan shalat.”
Kemudian Imam an-Nawawi رحمه الله menyatakan:
مَعۡنَاهُ: مِنۡ إِقَامَةِ الصَّلاَةِ الَّتِي أَمَرَ اللهُ تَعَالَى بِهَا فِي قَوۡلِهِ تَعَالَى: ﴿وَأَقِيمُو الصَّلَوٰةَ﴾
Maknanya adalah: Termasuk ke dalam hal “mendirikan shalat” sebagaimana yang telah diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala didalam firman-Nya:
“Dan dirikanlah shalat” [QS.Al-Baqarah(2):43] (yakni: dengan cara meluruskan serta merapatkan shaf). 

Hadist ke-3:
وَعَنۡ أَبِي مَسۡعُودٍ البَدۡرِي قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم يَمۡسَحُ مَنَاكِبَنَا فِي الصَّلاَةِ؛ وَيَقُولُ: ((إِسۡتَوُوا وَلاَ تَخۡتَلِفُوا فَتَخۡتَلِفَ قُلُوبُكُمۡ)).
رواه مسلم.
Artinya: Dari Abu Mas’ud al-Badri, ia berkata:
Dahulu Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam biasa mengusap bahu-bahu kami, ketika akan memulai shalat, seraya beliau bersabda; “Luruskan shafmu, dan janganlah kamu berantakan dalam shaf; sehingga hal itu membuat hati kamu juga akan saling beselisih.”
Diriwayatkan oleh Muslim.[7]

Hadist ke-4:
وَعَنِ النُّعۡمَانَ بۡنُ بَشِيرٍ قَالَ: سَمِعۡتُ رَسُوۡلَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم يَقُولُ:
((لَتُسَوُّنَّ صُفُوفَكُمۡ أَوۡ لَيُخَاللِفَنَّ اللهُ بَيۡنَ وُجُوهِكُم)).
رواه البخاري و مسلم.
وَفِي رِوَايَةٍ لِمُسۡلِمٍ: كَانَ تُ رَسُوۡلَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم يُسَوِّي صُفُوفَنَا٬ حَتَّى كَأَنَّمَا يُسَوِّي بِهَا القِدَاحَ٬ حَتَّى رَأَى أَنَّا قَدۡ عَقَلۡنَا عَنۡهُ٬ ثُمَّ خَرَجَ يَوۡمًا فَقَامَ حَتَّى كَادَ يُكَبِّرُ٬ فَرَأَى رَجُلاً بَادِيًا صَدۡرُهُ مِنۡ الصَّفَّ؛ فَقَالَ: ((عِبَادَاللهُ! لَتُسَوُّنَّ صُفُوفِكُمۡ أَوۡ لَيُخَالِفَنَّ اللهُ بَيۡنَ وُجُوهِكُمۡ)).
Artinya: Dan dari Nu’man bin Basyir, ia berkata:
Aku pernah mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Hendaklah kamu benar-benar meluruskan shafmu, atau (kalau tidak; maka) Allah akan jadikan perselisihan di antaramu.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.[8]
Dan dalam salah satu riwayat Muslim (disebutkan sebagai berikut): Bahwasanya Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam biasa meluruskan shaf shalat kami, seakan-akan beliau meluruskan busur panah yang lurus, sehinggga beliau Shalallahu ‘alaihi wasalam tahu bahwa kami telah memahami perintah beliau Shalallahu ‘alaihi wasalam untuk meluruskan dan merapatkan shaf itu. Pada suatu hari ketika beliau Shalallahu ‘alaihi wasalam keluar dari rumahnya untuk mengimami kami shalat, dan beliau Shalallahu ‘alaihi wasalam sudah hampir akan bertakbir, maka beliau Shalallahu ‘alaihi wasalam melihat seorang laki-laki (dari kami) yang tidak meluruskan shafnya dengan memajukan dadanya dari yang ada di sebelahnya di shaf itu; maka beliau Shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Wahai hamba-hamba Allah! Kamu harus benar-benar meluruskan shafmu, atau (bila tidak) maka Allah akan menjadikan hati-hatimu berselisih.

Hadist ke-5:
وَعَنۡ الۡبَرَاءِ بۡنُ عَازِبٍ قَالَ: كاَنَ رَسُولُاللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم يَتَخَلَّلُ الصَّفَّ، مِنۡ نَاحِيَةٍ إِلَى نَاحِيَةٍ، يَمۡسَحُ صُدُورَنَا وَمَنَاكِبَنَا؛ وَيَقُولُ: ((لاَتَخۡتَلِفُوا؛ فَتَخۡتَلِفَ قُلُوبَكُمۡ)).
وَكَانَ يَقُولُ: ((إِنَّ اللهَ وَمَلاَىِٔكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصَّفِّ الأَوَّلِ)).
رواه أبو داود بِإِسۡنَادٍ حَسَنٍ.
Artinya: Dan dari Bara bin ‘Azib, ia berkata: Bahwa Rasulullah صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم masuk menyela-nyela diantara shaf, dari bagian yang satu ke bagian yang lainnya, dan beliau juga biasa mengusap dada dan bahu kami (agar kami meluruskan shaf) seraya beliau صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم  bersabda: “Janganlah kamu berantakan dalam shaf, sehingga hal itu membuat hati kamu juga saling berselisih.”
Dan beliau telah bersabda: “Sesungguhnya Allah bersama para Malaikat-Nya bershalawat untuk orang-orang yang shalat di shaf pertama.”
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang hasan.[9]

Hadist ke-6:
وَعَنۡ ابۡنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم قَالَ: ((أَقِيۡمُوۡا الصُّفُوفَ! وَحَاذَوا بَيۡنَ المَنَاكِبِ وَسُدُّوا الخَلَلَ وَلِينُوا بِأَيۡدِي إِخۡوَانِكُمۡ، وَلاَ تَذَرُوا فُرُجَاتٍ لِلشَيۡطَانِ، وَمَنۡ وَصَلَ صَفَّا؛ وَصَلَهُ اللهُ، وَمَنۡ قَطَعَ صَفَّا، قَطَعَهُ اللهُ)).
رواه أبو داود بإسۡناد صحيح.
Artinya: Dan dari ibnu Umar, bahwasanya Rasulullah صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم telah bersabda:
Luruskanlah shaf-shafmu! Sejajarkan antara bahumu (dengan bahu saudaranya yang berada di samping kanan dan kiri), isilah bagian yang masih renggang, berlaku lembutlah terhadap tangan saudaramu (yang hendak mengisi kekosongan atau kelonggaran shaf), dan janganlah kamu biarkan kekosongan yang ada di shaf untuk di isi oleh setan. Dan barangsiapa yang menyambung shaf; pastilah Allah akan menyambungnya, sebaliknya barangsiapa yang memutuskan shaf; pasti Allah akan memutuskannya.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad shahih.[10]

Hadist ke-7:
وَعَنۡ أَنَسِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم قَالَ: ((رَصُّوا صُفُوفَكُم، وَقَارِبُوا بَيۡنَهَا، وَحَاذُوا بَيۡنَ المَنَاكِبِ بِالۡأَعۡنَاقِ، فَوَالَّذِي نَفۡسِي بِيَدِهِ! إِنِّي لأَرَى شَيۡطَانَ يَدۡخُلُ مِنۡ خَلَلِ الصَّفّ! كَأَنَّهُ الحَذَفُ)).
حديث صحيح رواه أبو داود بإسۡناد صحيحٍ على شرۡط مسۡلم.
Artinya: Dari Anas Radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم telah bersabda:
Rapatkanlah shafmu, dan hendaklah kamu saling berdekatan, sejajarkanlah bahu-bahumu dengan (meluruskan) leher-lehermu. Demi (Allah) Yang Jiwaku berada di Tangan-Nya sesungguhnya aku melihat setan masuk melalui shaf yang kosong, seakan-akan setan itu seekor anak kambing hitam yang kecil.
Hadist shahih diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang shahih berdasarkan persyaratan Imam Muslim.[11]

Hadist ke-8:
وَعَنۡهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم قَالَ: ((أَتِمُّوا الصَّفَّ المُقَدَّمَ ثُمَّ الَّذِي يَلِيهِ، فَمَا كَانَ مِنۡ نَقۡصٍ؛ فَلۡيَكُنۡ فِي الصَّفِّ المُؤَخَّرِ)).
رواه أبوداود بإسۡناد حسن.
Artinya: Dari Anas, bahwasanya Rasulullah صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم bersabda:
Sempurnakanlah terlebih dahulu shaf pertama, bila tempat tidak memadai, maka disambung dengan shaf yang berikutnya, bila ada kekurangan, maka tempatnya di shaf yang terakhir.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang hasan.[12]
Kemudian Imam an-Nawawi menyatakan:
وَفِي البَبِ أَحَادِيثُ كَثِيرَةٌ صَحِيحَةٌ، غَيۡرَ هَذِهِ، وَفِي هَذِهِ كِفَايَةٌ.
Artinya: Dan dalam masalah ini, masih banyak lagi hadist-hadist shahih yang lain, akan tetapi apa yang telah saya bawakan di atas sudah cukup.
Itulah beberapa hadist yang telah disebutkan oleh Imam Syirazi dan Imam Nawawi, dan saya kira itu semua cukup bagi siapa saja yang ingin mencari kebenaran, wallahul hadi ila sawaa-is sabil.۩

Referensi:
Apa Kata Imam Sayafi’i Tentang Meluruskan & Merapatkan Shaf Shalat Berjama’ah?, Ibnu Saini bin Muhammad bin Musa, Muraja’ah: Ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Jakarta Selatan.



[1] Beliau mengisyaratkan kepada hadist Anas رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ :
((مَنۡ أَحۡيَا سُنَّتِي فَقَدۡ أَحَبَّنِي، وَمَنۡ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الجَنَّةِ))
Artinya: Barangsiapa yang menghidupkan Sunnahku; maka dia telah mencintaiku, dan siapa yang mencintaiku; maka ia akan bersamaku di surga.
Akan tetapi hadist tersebut Dha’if(lemah): Lihat: Dha’iful Jami’ no:5360 dan adh-Dha’ifah no:4538.
[2] Shahih: Bukhari no:724
[3] “Baghal” adalah jenis hewan percampuran kuda dengan keledai, lihat al-Mu’jamul Wasith (I:64).
[4] Shahih: Diriwayatkan oleh Sa’id bin Manshur dan al-Isma’ili, sebagaimana yang disebutkan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar di dalam Fat-hul Bari (II:448); lihat pula ash-Shahihah (I:71).
[5] Muttafaq ‘Alaihi: Bukhari no.725 dan Muslim no.434, akan tetapi lafazhnya agak sedikit berbeda dengan apa yang disebutkan oleh Imam Syirazi di atas.
[6] Muttafaq ‘Alaihi: Bukhari dan Muslim no:723 dan Muslim no:433
[7] Shahih: Muslim no:432
[8] Muttafaq ‘Alaihi: Bukhari no:717 dan Muslim no:436.
Hadist ini juga telah diriwayatkan oleh Abu Dawud no:662 dan Ahmad (IV:276) secara lengkap, setelah membawakan hadist di atas, maka Nu’man bin Basyir Radhiyallahu ‘anhu berkata:
((فَرَأَيۡتُ الرَّجُلَ يَلۡزَقُ بِمَنۡكِبِ صَاحِبِهِ وَرُكۡبَتَهُ بِرُكۡبَةِ صَاحِبِهِ وَكَعۡبَهُ بِكَعۡبِهِ))
Artinya: Maka saya (Nu’man bin Basyir) melihat seorang laki-laki (dari para Shahabat) menempelkan bahunya ke bahu yang ada di sampingnya, dan lututnya dengan lutut yang ada di sampingnya serta mata kakinya dengan mata kaki yang ada di sampingnya.
Pernyataan Nu’man bin Basyir ini juga telah disebutkan oleh Imam Bukhari di dalam kitab Shahihnya (II:447- Fat-hul Bari).
[9] Shahih: Abu Dawud no:664, dan telah dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Abu Dawud (I:197) no:664 dan Shahihut Targhib no:499.
[10] Shahih: Abu Dawud no:666, dan telah dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, al-Hakim, Nawawi dan al-Albani. Lihat Fat-hul Bari (II:447) dan Shahihut Targhib Wa Tarhib no:492.
[11] Shahih: Abu Dawud no:667, Nasaa’i (II:92) dan Ibnu Khuzaimah dalam kitab Shahihnya no:1545, dan telah dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Abu Dawud no:667, Shahih Nasaa’i no:814, Shahihut Targhib no:491 dan Tahqiq Misykatil Mashabih no:1093.

[12] Shahih: Abu Dawud no:671, Nasaa’i (II:93), dan telah dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Abu Dawud (I:198) no:671, Shahih Nasaa’i no:817, Shahihul Jami no:122 dan Tahqiq Misykat no:1094.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar