Apa Kata
Imam Sayafi’i Tentang Meluruskan & Merapatkan Shaf Shalat Berjama’ah?
Sayyid
al-Bakri, pengarang kitab Hasyiyah I’anatuth Thalibin (II:22-13)
menyatakan:
وَمِنَ
السُّنَنِ المُهۡمَلَةِ المَغۡفُولِ عَنۡهَا: تَسۡوِيَةُ الصُّفُوفِ وَالتَّرَاصُ
فِيهَا، وَقَدۡ كَانَ عَلَيۡهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ يَتَوَلَّى فِعۡلَ ذَلِكَ
بِنَفۡسِهِ، وَيَكۡثُرُ التَّحۡرِيضُ عَلَيۡهِ وَالۡأَمۡرُبِهِ، وَيَقُولُ:
((لَتُسَوُنَّ صُفُوفَكُمۡ! أَوۡ لَيُخَالِفَنَّ اللهُ بَيۡنَ قُلُوبِكُمۡ)).
وَيَقُولُ: ((إِنِّي لأَرَاى الشَّيَاطِينَ، تَدۡ خُلُ فِي خَلَلِ الصُّفُوفَ))؛
يَعۡنِي بِهَا: الفُرَجُ الَّتِي تَكُونُ فِيهَا. فَيُسۡتَحَبُّ إِلصَاقُ المَنَا
كِبِ مَعَ التَّسۡوِيَةِ، بِحَيۡثُ لاَ يَكُونُ أَحَدٌ مُتَقَدِّمًا عَلَى أَحَدٍ،
وَلاَ مُتَأَخِّرًا عَنۡهُ، فَذَلِكَ هُوَ السَّنَّةُ ..
فَعَلَيۡكَ-
رَحِمَكَ اللهُ تَعَالَى- بِالۡمُبَادَرَةِ إِلَى الصَّفِّ الۡأَوَّلِ، وَعَلَيۡكَ
بِرَصِّ الصُّفُوفِ، وَتَسۡوِيَتِهَا مَا اسۡتَطَعۡتَ، فَإِنَّ هَذِهِ سُنَّةٌّ
مُثۡبَتَةٌ مِنۡ سُنَنِ رَسُولِ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم، مَنۡ أَحۡيَاهَا
كَانَ مَعَهُ فِي الجَنَّةِ، كَمَا وَرَدُ.
Artinya:
Dan diantara Sunnah yang diremehkan dan ditinggalkan
adalah: Meluruskan dan merapatkan shaf. Padahal beliaulah صَلَى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم
yang langsung memerintahkan kepada hal itu, dan beliau langsung mengerjakannya
sendiri, seringkali beliau صَلَى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَم
mengulang-ngulang memerintahkan hal itu, dimana beliau صَلَى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم
bersabda: Hendaklah kamu benar-benar meluruskan barisan (shaf shalat)mu, atau
(kalau tidak: maka) nanti Allah akan jadikan perselisihan di antara hati-hati
kamu. Dan beliau صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم juga telah
bersabda: “Sesungguhnya aku melihat setan telah masuk melalui sela-sela shaf
(yang kosong).”; maksudnya adalah mengisi kekosongan yang terdapat di shaf.
Maka disukai untuk merapatkan bahu-bahu kita dengan bahu yang ada di sebelah
kita, sekaligus dengan meluruskannya, sehingga tidak lagi terlihat ada
seorangpun yang bediri tidak sejajar dengan yang ada di sebelahnya, dan itulah
yang sesuai dengan Sunnah Nabi صَلَى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم.
Maka hendaklah kamu-semoga Allah Merahmatimu- bergegas
untuk menempati shaf pertama, dan hendaklah engkau juga merapatkan shaf serta
meluruskannya semampu mungkin, karena sesungguhnya semua hal itu termasuk
Sunnah yang telah ditetapkan dari Sunnah-sunnah Rasulullah صَلَى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم (yang telah mati); maka barangsiapa yang menghidupkan kembali Sunnah ini,
ganjarannya dia akan berdampingan bersama beliau صَلَى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم di surga.[1]
Kenyataan pahit yang terjadi di tengah-tengah kaum muslimin
adalah bila ada seorang muslim yang hendak mengamalkan Sunnah Nabi صَلَى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم dalam hal meluruskan, merapihkan dan
merapatkan shaf, maka seringkali hal itu diingkari oleh sebagian yang lain. Hal
ini persis seperti yang disebutkan oleh Anas bin Malik رَضِيَ
اللهُ عَنۡهُ , dimana ia pernah ditanya oleh seorang Tabi’in
tentang hal apa yang diingkari olehnya pada zaman itu, maka ia menjawab:
((مَا أَنۡكَرۡتُ شَيۡىًٔا إِلاَّ أَنَّكُمۡ لاَتُقِيمُونَ
الصُّفُوفَ)).
Artinya: Aku tidak mengingkari sesuatu dari kamu,
melainkan bahwa kamu tidak meluruskan shaf.[2]
Anas bin Malik صَلَى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم juga menyatakan:
((وَلَوۡ ذَهَبۡتَ تَفۡعَلُ ذَلِكَ بِأَحَدِهِمُ اليَوۡمَ؛
لَنَفَرَ كَأَنَّهُ بَغۡلٌ شُمُوسُ)).
Artinya: Seandainya saja saat ini kamu mengamalkan
(Sunnah merapatkan shaf dengan merapatkan bahu dan kaki) kepada salah seorang
dari mereka; pastilah kita akan dapati orang itu lari darimu, seperti halnya
seekor baghal[3]
liar.[4]
Imam Ghazali telah menyatakan di dalam kitabnya Ihya
‘Ulumuddin (I:227):
مَسۡأَلَةٌ: حَقَّ عَلَى مَنۡ حَضَرَ الصَّلاَةَ إِذَ رَأَى
مَنۡ غَيۡرِهِ إِسَاءَةً فِي صَلاَتِهِ؛ أَنۡ يُغَيِّرَهُ وَيُنۡكِرَ عَلَيۡهِ،
وَإِنۡ صَدَرَا مِنۡ جَا هِلٍ؛ رَفَقَ بِالۡجَاهِلِ وَ عَلَّمَهُ. فَمِنۡ ذَلِكَ:
الأَمۡرُ بِتَسۡوِيَةِ الصُّفُوفِ وَمَنۡعُ المُنۡفَرِدِ بِالۡوُقُوفِ خَارِجَ
الصَّفِّ.
Masalah: Wajib hukumnya bagi siapa saja yang
menghadiri shalat berjama’ah, bila dia melihat kesalahan dari yang lain untuk
merubah dan mengingkarinya. Bila hal itu dilakukan oleh seorang yang jahil,
maka harus dengan sikap lemah lembut, kemudian dia mengajarinya. Dan
diantaranya adalah: Memerintahkan jama’ah untuk meluruskan dan merapihkan shaf
dan melarang bila ada seorang yang berdiri sendirian di belakang shaf.
Sayangnya, seringkali orang-orang yang hendak
menegakkan Sunnah Nabi Shalallahu ‘alaihi wasalam berdasarkan apa yang telah
difatwakan oleh para ulama dituduh dengan berbagai macam tuduhan, dari tuduhan
“membuat ajaran baru” dan tuduhan-tuduhan yang lainnya. Padahal orang-orang
yang menuduh itulah yang sebenarnya jauh dari petunjuk kebenaran. Tetapi karena
kebodohan yang begitu merasuk di dalam diri mereka, sehingga hal itu membuat
mereka harus menentang kebenaran yang sangat jelas dan gamblang, ditambah lagi
sifat sombong yang ada pada mereka, Allahul Musta’an.
Hadist-Hadist Seputar Masalah Shaf
Di bawah ini akan saya bawakan beberapa hadist yang telah
dibawakan oleh dua orang pembesar ulama syafi’iyyah, yaitu Imam asy-Syirazi dan
Imam an-Nawawi, sebagaimana disebutkan dalam kitab al-Majmu’ Syarah al-Muhadzdzab(IV:109-110):
Hadist
ke-1:
عَنْ
أَنَسِ قَالَ؛قَالَ رَسُلُوْ لُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم:
((إِعْتَدِلُوْا
فِى صُفُو فِكُمْ ٬ وَتَرَا صُوْا ٬ فَإِنَّي أَرَا كُمۡ مِنۡ وَرَاءِ ظَهۡرِي)) ٬
قَالَ أَنَسٌ: ((فَلَقَدۡ رَأَيۡتُ أَحَدَنَا يُلۡزِقُ مَنۡكِبَهُ بِمَنۡكِبِ صَاحِبِهِ
وَقَدَمَهُ بِقَدَمِهِ)).
Artinya:
Dari
Anas, ia berkata:
Rasulullah
Shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda:
“Luruskanlah
shafmu, dan hendaknlah kamu merapatkannya, karena sesungguhnya aku dapat
melihatmu dari belakang punggungku”
Anas
berkata:
Dan
saya melihat bahwa para Shahabat saling merapatkan bahu-bahu mereka dengan bahu
yang ada di sebelahnya, dan mereka juga merapatkan kaki-kaki mereka dengan kaki
yang ada di sebelahnya.[5]
Setelah
Imam Nawawi mensyarah hadist yang dibawakan oleh Imam Syirazi diatas, maka
beliau menyatakan:
فَرعٌ:
فيِ جُمۡلَةٍ مِنَ الۡأَ حَادَيثِ الصَّحِيحَةِ فِي الصُّفُوف:
Sub
pembahasan:
(Yang
berisi keterangan tentang) sejumlah hadist shahih yang terkait dengan
(merapikan dan meluruskan) shaf:
Hadist
ke-2:
عَنۡ
أَنَسِ قَالَ٬ قَالَ رَسُلُوْ لُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم:
((سَوُّواصُفُوفَكُمۡ!
فَإِنَّ تَسۡوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنۡ تَمَامِ الصَّلاَةِ)).
رواه
البخاري ومسلم.
وَفِيرِوَايَةٍ
لِلۡبُخَارِيِّ: ((فَإِنَّ تَسۡوِيَةَ الصُّفُوفِ مِنۡ إِقَامَةِ الصَّلاَةِ)).
Artinya:
Dari
Anas, ia berkata: Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam telah bersabda:
“Luruskan
shafmu! Karena sesungguhnya meluruskan shaf itu termasuk dari hal yang dapat
menyempurnakan shalat.”
Diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim.[6]
Dalam
riwayat Imam Bukhari disebutkan (sebagai berikut): “…karena sesungguhnya
meluruskan shaf itu termasuk dari mendirikan shalat.”
Kemudian
Imam an-Nawawi رحمه الله
menyatakan:
مَعۡنَاهُ:
مِنۡ إِقَامَةِ الصَّلاَةِ الَّتِي أَمَرَ اللهُ تَعَالَى بِهَا فِي قَوۡلِهِ
تَعَالَى: ﴿وَأَقِيمُو الصَّلَوٰةَ﴾
Maknanya
adalah: Termasuk ke dalam hal “mendirikan shalat” sebagaimana yang telah
diperintahkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala didalam firman-Nya:
“Dan
dirikanlah shalat” [QS.Al-Baqarah(2):43] (yakni: dengan cara meluruskan serta
merapatkan shaf).
Hadist
ke-3:
وَعَنۡ
أَبِي مَسۡعُودٍ البَدۡرِي قَالَ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم
يَمۡسَحُ مَنَاكِبَنَا فِي الصَّلاَةِ؛ وَيَقُولُ: ((إِسۡتَوُوا وَلاَ تَخۡتَلِفُوا
فَتَخۡتَلِفَ قُلُوبُكُمۡ)).
رواه
مسلم.
Artinya:
Dari Abu Mas’ud al-Badri, ia berkata:
Dahulu
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam biasa mengusap bahu-bahu kami, ketika
akan memulai shalat, seraya beliau bersabda; “Luruskan shafmu, dan janganlah
kamu berantakan dalam shaf; sehingga hal itu membuat hati kamu juga akan saling
beselisih.”
Diriwayatkan
oleh Muslim.[7]
Hadist
ke-4:
وَعَنِ
النُّعۡمَانَ بۡنُ بَشِيرٍ قَالَ: سَمِعۡتُ رَسُوۡلَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم
يَقُولُ:
((لَتُسَوُّنَّ
صُفُوفَكُمۡ أَوۡ لَيُخَاللِفَنَّ اللهُ بَيۡنَ وُجُوهِكُم)).
رواه
البخاري و مسلم.
وَفِي
رِوَايَةٍ لِمُسۡلِمٍ: كَانَ تُ رَسُوۡلَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم
يُسَوِّي صُفُوفَنَا٬ حَتَّى كَأَنَّمَا يُسَوِّي بِهَا القِدَاحَ٬ حَتَّى رَأَى
أَنَّا قَدۡ عَقَلۡنَا عَنۡهُ٬ ثُمَّ خَرَجَ يَوۡمًا فَقَامَ حَتَّى كَادَ
يُكَبِّرُ٬ فَرَأَى رَجُلاً بَادِيًا صَدۡرُهُ مِنۡ الصَّفَّ؛ فَقَالَ:
((عِبَادَاللهُ! لَتُسَوُّنَّ صُفُوفِكُمۡ أَوۡ لَيُخَالِفَنَّ اللهُ بَيۡنَ
وُجُوهِكُمۡ)).
Artinya:
Dan dari Nu’man bin Basyir, ia berkata:
Aku pernah
mendengar Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda: Hendaklah kamu
benar-benar meluruskan shafmu, atau (kalau tidak; maka) Allah akan jadikan
perselisihan di antaramu.
Diriwayatkan
oleh Bukhari dan Muslim.[8]
Dan
dalam salah satu riwayat Muslim (disebutkan sebagai berikut): Bahwasanya
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasalam biasa meluruskan shaf shalat kami,
seakan-akan beliau meluruskan busur panah yang lurus, sehinggga beliau
Shalallahu ‘alaihi wasalam tahu bahwa kami telah memahami perintah beliau
Shalallahu ‘alaihi wasalam untuk meluruskan dan merapatkan shaf itu. Pada suatu
hari ketika beliau Shalallahu ‘alaihi wasalam keluar dari rumahnya untuk
mengimami kami shalat, dan beliau Shalallahu ‘alaihi wasalam sudah hampir akan
bertakbir, maka beliau Shalallahu ‘alaihi wasalam melihat seorang laki-laki
(dari kami) yang tidak meluruskan shafnya dengan memajukan dadanya dari yang
ada di sebelahnya di shaf itu; maka beliau Shalallahu ‘alaihi wasalam bersabda:
Wahai hamba-hamba Allah! Kamu harus benar-benar meluruskan shafmu, atau (bila
tidak) maka Allah akan menjadikan hati-hatimu berselisih.
Hadist
ke-5:
وَعَنۡ
الۡبَرَاءِ بۡنُ عَازِبٍ قَالَ: كاَنَ رَسُولُاللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم
يَتَخَلَّلُ الصَّفَّ، مِنۡ نَاحِيَةٍ إِلَى نَاحِيَةٍ، يَمۡسَحُ صُدُورَنَا
وَمَنَاكِبَنَا؛ وَيَقُولُ: ((لاَتَخۡتَلِفُوا؛ فَتَخۡتَلِفَ قُلُوبَكُمۡ)).
وَكَانَ
يَقُولُ: ((إِنَّ اللهَ وَمَلاَىِٔكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى الصَّفِّ الأَوَّلِ)).
رواه
أبو داود بِإِسۡنَادٍ حَسَنٍ.
Artinya:
Dan dari Bara bin ‘Azib, ia berkata: Bahwa Rasulullah صَلَى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم masuk
menyela-nyela diantara shaf, dari bagian yang satu ke bagian yang lainnya, dan
beliau juga biasa mengusap dada dan bahu kami (agar kami meluruskan shaf)
seraya beliau صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم bersabda:
“Janganlah kamu berantakan dalam shaf, sehingga hal itu membuat hati kamu juga
saling berselisih.”
Dan
beliau telah bersabda: “Sesungguhnya Allah bersama para Malaikat-Nya
bershalawat untuk orang-orang yang shalat di shaf pertama.”
Diriwayatkan
oleh Abu Dawud dengan sanad yang hasan.[9]
Hadist
ke-6:
وَعَنۡ
ابۡنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم قَالَ: ((أَقِيۡمُوۡا
الصُّفُوفَ! وَحَاذَوا بَيۡنَ المَنَاكِبِ وَسُدُّوا الخَلَلَ وَلِينُوا بِأَيۡدِي
إِخۡوَانِكُمۡ، وَلاَ تَذَرُوا فُرُجَاتٍ لِلشَيۡطَانِ، وَمَنۡ وَصَلَ صَفَّا؛
وَصَلَهُ اللهُ، وَمَنۡ قَطَعَ صَفَّا، قَطَعَهُ اللهُ)).
رواه
أبو داود بإسۡناد صحيح.
Artinya:
Dan dari ibnu Umar, bahwasanya Rasulullah صَلَى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم telah
bersabda:
Luruskanlah
shaf-shafmu! Sejajarkan antara bahumu (dengan bahu saudaranya yang berada di
samping kanan dan kiri), isilah bagian yang masih renggang, berlaku lembutlah
terhadap tangan saudaramu (yang hendak mengisi kekosongan atau kelonggaran
shaf), dan janganlah kamu biarkan kekosongan yang ada di shaf untuk di isi oleh
setan. Dan barangsiapa yang menyambung shaf; pastilah Allah akan menyambungnya,
sebaliknya barangsiapa yang memutuskan shaf; pasti Allah akan memutuskannya.
Diriwayatkan
oleh Abu Dawud dengan sanad shahih.[10]
Hadist
ke-7:
وَعَنۡ
أَنَسِ رَضِيَ اللهُ عَنۡهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم
قَالَ: ((رَصُّوا صُفُوفَكُم، وَقَارِبُوا بَيۡنَهَا، وَحَاذُوا بَيۡنَ
المَنَاكِبِ بِالۡأَعۡنَاقِ، فَوَالَّذِي نَفۡسِي بِيَدِهِ! إِنِّي لأَرَى شَيۡطَانَ
يَدۡخُلُ مِنۡ خَلَلِ الصَّفّ! كَأَنَّهُ الحَذَفُ)).
حديث
صحيح رواه أبو داود بإسۡناد صحيحٍ على شرۡط مسۡلم.
Artinya:
Dari Anas Radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah صَلَى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم telah
bersabda:
Rapatkanlah
shafmu, dan hendaklah kamu saling berdekatan, sejajarkanlah bahu-bahumu dengan
(meluruskan) leher-lehermu. Demi (Allah) Yang Jiwaku berada di Tangan-Nya
sesungguhnya aku melihat setan masuk melalui shaf yang kosong, seakan-akan
setan itu seekor anak kambing hitam yang kecil.
Hadist
shahih diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang shahih berdasarkan
persyaratan Imam Muslim.[11]
Hadist ke-8:
وَعَنۡهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم قَالَ: ((أَتِمُّوا الصَّفَّ المُقَدَّمَ ثُمَّ الَّذِي
يَلِيهِ، فَمَا كَانَ مِنۡ نَقۡصٍ؛ فَلۡيَكُنۡ فِي الصَّفِّ المُؤَخَّرِ)).
رواه
أبوداود بإسۡناد حسن.
Artinya: Dari Anas, bahwasanya Rasulullah صَلَى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَم bersabda:
Sempurnakanlah terlebih dahulu shaf pertama, bila tempat
tidak memadai, maka disambung dengan shaf yang berikutnya, bila ada kekurangan,
maka tempatnya di shaf yang terakhir.
Diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanad yang hasan.[12]
Kemudian Imam an-Nawawi menyatakan:
وَفِي البَبِ أَحَادِيثُ كَثِيرَةٌ صَحِيحَةٌ، غَيۡرَ
هَذِهِ، وَفِي هَذِهِ كِفَايَةٌ.
Artinya: Dan dalam masalah ini, masih banyak lagi
hadist-hadist shahih yang lain, akan tetapi apa yang telah saya bawakan di atas
sudah cukup.
Itulah beberapa hadist yang telah disebutkan
oleh Imam Syirazi dan Imam Nawawi, dan saya kira itu semua cukup bagi siapa
saja yang ingin mencari kebenaran, wallahul hadi ila sawaa-is sabil.۩
Referensi:
Apa Kata Imam Sayafi’i Tentang Meluruskan &
Merapatkan Shaf Shalat Berjama’ah?, Ibnu Saini bin Muhammad bin Musa,
Muraja’ah: Ust. Abdul Hakim bin Amir Abdat, Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Jakarta Selatan.
((مَنۡ أَحۡيَا سُنَّتِي فَقَدۡ
أَحَبَّنِي، وَمَنۡ أَحَبَّنِي كَانَ مَعِي فِي الجَنَّةِ))
Artinya: Barangsiapa yang menghidupkan Sunnahku; maka dia telah
mencintaiku, dan siapa yang mencintaiku; maka ia akan bersamaku di surga.
Akan tetapi hadist tersebut Dha’if(lemah): Lihat: Dha’iful Jami’ no:5360
dan adh-Dha’ifah no:4538.
[4] Shahih: Diriwayatkan oleh Sa’id
bin Manshur dan al-Isma’ili, sebagaimana yang disebutkan oleh al-Hafizh
Ibnu Hajar di dalam Fat-hul Bari (II:448); lihat pula ash-Shahihah
(I:71).
[5] Muttafaq
‘Alaihi: Bukhari no.725 dan Muslim no.434, akan tetapi lafazhnya agak sedikit
berbeda dengan apa yang disebutkan oleh Imam Syirazi di atas.
[6] Muttafaq
‘Alaihi: Bukhari dan Muslim no:723 dan Muslim no:433
[7] Shahih:
Muslim no:432
[8] Muttafaq
‘Alaihi: Bukhari no:717 dan Muslim no:436.
Hadist ini juga telah diriwayatkan
oleh Abu Dawud no:662 dan Ahmad (IV:276) secara lengkap, setelah membawakan
hadist di atas, maka Nu’man bin Basyir Radhiyallahu ‘anhu berkata:
((فَرَأَيۡتُ الرَّجُلَ يَلۡزَقُ بِمَنۡكِبِ صَاحِبِهِ وَرُكۡبَتَهُ
بِرُكۡبَةِ صَاحِبِهِ وَكَعۡبَهُ بِكَعۡبِهِ))
Artinya: Maka
saya (Nu’man bin Basyir) melihat seorang laki-laki (dari para Shahabat)
menempelkan bahunya ke bahu yang ada di sampingnya, dan lututnya dengan lutut
yang ada di sampingnya serta mata kakinya dengan mata kaki yang
ada di sampingnya.
Pernyataan Nu’man bin Basyir ini juga telah disebutkan oleh Imam
Bukhari di dalam kitab Shahihnya (II:447- Fat-hul Bari).
[9] Shahih: Abu
Dawud no:664, dan telah dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Abu
Dawud (I:197) no:664 dan Shahihut Targhib no:499.
[10] Shahih:
Abu Dawud no:666, dan telah dishahihkan oleh Ibnu Khuzaimah, al-Hakim,
Nawawi dan al-Albani. Lihat Fat-hul Bari (II:447) dan Shahihut
Targhib Wa Tarhib no:492.
[11] Shahih:
Abu Dawud no:667, Nasaa’i (II:92) dan Ibnu Khuzaimah dalam kitab Shahihnya
no:1545, dan telah dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Abu Dawud
no:667, Shahih Nasaa’i no:814, Shahihut Targhib no:491 dan Tahqiq
Misykatil Mashabih no:1093.
[12] Shahih: Abu Dawud no:671, Nasaa’i (II:93), dan telah
dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih Abu Dawud (I:198) no:671,
Shahih Nasaa’i no:817, Shahihul Jami no:122 dan Tahqiq Misykat
no:1094.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar